kjokom

Sebuah coretan …….

PEPSODENT LINTAS GENERASI

January11

Pepsodent merupakan pasta gigi yang hingga saat ini mampu menjadi paemimpin pasar ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat. Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang memasuki pasar pasta gigi di Indonesia. Kepuasan pelangan terhadap pasta gigi merk pepsodent berpengaru terhadap loyalitas. Loyalitas pelangan dipengaruhi oleh kualitas produk pasta gigi pepsodent. Dengan demikian kualitas produk yang baik akan meningkatkan loyalitas pelangan terhadap produk.

Saat ini pasta gigi yang beredar adalah pepsodent, ritadent, ciptadent, close up, smile up, formula, maxim dan lain-lain.  Semain banyak jenisnya menggambarkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia bisnis. Berikut ini 4 alasan kenapa pepsoden bisa bertahandalam menghadapi persaingan ini

1. Memberikan value tambahan dan inovasi

Pada awal tahun 80an Pepsodent hanya berorientasi pada gigi lebih ptih dan sehat. Namun belakangan ini Pepsoden memberikan nilai lebih sebagai penguat gigi. Nilai-nilai tambahan juga bisa kita temukan dalam diferiensiasi produk yang dilakukan pepsodent. Pepsodent juga terus melakukan inovasi dalam kemasan, rasa, warna, bentuk, ukuran dan merancang produknya sesuai dengan segmentasi pasarnya yakni dewasa dan anak-anak. Kemasan Pepsodent dibuat dari plastik lentur dan tutup yang lebih adaptif setelah sebelumnya dari aluminium dan tutup lepas. Rasanya dibagi sesuai dengan cita rasa buah-buahan atau rasa mint. Selain itu warnanya disesuaikan dengan warna-warna trendi, yakni putih dan hijau baik isi maupun kemasannya. Ukurannya diatur dari kecil, sedang, hingga besar. Sehingga praktis mempengaruhi harga.

2. Menjalankan Produk Life Cycle (PCL)

Mengawali siklus hidupnya, Pepsodent dikenal sebagai pasta gigi yang membuat gigi lebih putih lalu berkembang untuk menguatkan gigi. Setelah itu, kemudian dilengkapi dengan baking soda, setelah sebelumnya sukses dengan Pepsodent Zinc zitrate dan Triclosant. Beberapa tahun sebelum sukses dengan nilai tambahan tersebut, telah sukses dengan Fluoride dan Kalsium. Perkembangan terakhir ini, fluoride ditambah menjadi Fluoride bicarbonate calcium, bahkan diperluas dengan Fluoride washmouth.

3. Brand Awarnes

Proses advertising yang bagus dilakukan oleh pepsodent. Pepsodent melakukan promosi dengan berbagai cara yaitu lewat televise, membuat acara-acara bertema pepsodent, bakti sosial yang bertujuan memasyarakatkan pepsodent dan sebagainya. Promosi-promosi ini mampu menanamkan kepada konsumen bahwa pepsodent merupakan pasta gigi yang bisa dipercaya.

4. Quality Control

Pepsodent telah memenuhi standar kesehatan karena terdapat label halal pada kemasannya. Jadi masyarakat yakin akan produk ini tidak membahayakan kesehatan dapat digunakan oleh semua kalangan masyarakat. Dengan didengungkannya iklan bahwa pepsodent tergabung dalam Ikatan Dokter Gigi Indonesia, maka bisa disimpulkan kualitas dari pepsodent sangat memuaskan. Kualitas yang baik akan meningkatkan loyalitas dari konsument.

Pepsodent mampu menjaga kualitas produknya dari sejak awal hingga sampai saat ini. Bahkan pepsoden juga melakukan inovasi dan diferensiasi produk untuk memastikan semua segment pasar bisa memakai prodk ini secara tepat. Kualitas yang baik dan terpercaya membuat loyalitas konsumen menjadi tinggi, sehingga produk pepsoden mampu bertahan dari jaman ke jaman.

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam Transfer Knowledge

January3

Faktor-faktor tersebut adalah faktor kognitif, faktor budaya dan faktor motivasi.

Faktor Kognitif

Sains kognitif berkata bahwa manusia dapat menerima konsep-konsep baru jika hanya jika konsep tersebut tidak terlalu jauh dengan apa yang manusia tersebut sudah ketahui sebelumnya. Hal ini menyebabkan mengapa manusia membutuhkan waktu yang cukup untuk mempelajari sebuah subjek yang baru. Manusia harus belajar selangkah demi selangkah dari waktu ke waktu, dan masing-masing konsep baru harus meresap terlebih dahulu sebelum konsep selanjutnya dibangun di atasnya. Salah satu teknik untuk membuat proses TOK dapat berjalan dengan cepat dan efektif adalah dengan memecah-mecah knowledge yang akan ditransfer menjadi paket-paket kecil. Dengan cara ini, maka sekali proses TOK dilakukan, maka knowledge akan ditransfer secara streamline. Pada saat melakukan TOK, hal yang dibutuhkan adalah membuat pola knowledge yang tampak lebih dekat dengan knowledge lama sehingga penerima siap merentangkan tangan untuk merangkul informasi baru. Otak sebagai media penyimpan knowledge dapat menerima dan memproses secara paralel input-input dari berbagai indera (chanel input). Salah satu cara untuk menambah kecepatan proses belajar adalah dengan menggunakan beberapa chanel input sekaligus secara efektif. Accelerated Learning adalah sebuah teknik pembelajaran yang mengadopsi konsep pemanfaatan berbagai input secara paralel, misalnya: mencampur antara bercerita dan membaca, simulasi visual dan grafik. Cara tersebut mempercepat proses pembelajaran secara signifikan baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.

Faktor Budaya

Ada teori yang mengatakan bahwa kognisi juga dibentuk oleh budaya secara umum khususnya bahasa. Mungkin kita pernah menjumpai penggunaan sebuah kata, yang mana hanya latar belakang sosialbudaya tertentu yang memberikan arti yang tepat pada kata tersebut. Pada konsep ini, knowledge dapat diterima dan membenam dengan hanya membutuhkan sedikit langkah. Sebaliknya, jika kita mempunyai budaya yang berbeda dengan latar belakang dari mana knowledge berasal, maka proses pembelajaran menjadi lebih sulit. Setiap orang sudah memiliki banyak latar belakang budaya sendiri-sendiri yang akhirnya membangun budaya tertentu dalam dirinya. Ada budaya utama dan yang paling besar yang biasanya paling berpengaruh pada diri setiap manusia, budaya dimana dia dibesarkan, budaya dimana dia memperoleh pendidikan formal, budaya dalam lingkungan pekerjaan, budaya komunitas profesi atau budaya komunitas hobbi dimana dia ikut bergabung dan sebagainya. Intinya, seseorang memiliki budaya sendiri namun mempunyai kemampuan untuk menyerap budaya lain. Pada kasus TOK, dapat dilihat latar belakang budaya merupakan alat untuk menetapkan nilai dan kepercayaan yang memberikan konteks dan cara pandang. Dengan mengenal budaya karyawan yang ada, maka organisasi dapat mendesain sebuah metoda dan materi TOK yang dapat memberikan signal yang kompatibel untuk mentransfer informasi kepada karyawan.

Faktor Motivasi

Menurut Maslow, ada lima hirarki kebutuhan manusia, mulai dari level yang paling bawah (makanan, perlindungan, dan pakaian) sampai pada level yang paling tinggi (aktualisasi diri). Usaha untuk mencukupi kebutuhan ini akan menjadi motivasi manusia untuk melakukan tindakan. Sesuai dengan konsep Maslow di atas, maka setiap orang selalu berada pada kondisi level kebutuhan tertentu yang akan memotivasi orang tersebut untuk melakukan sesuatu. Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran adalah motivasi

Transfer Knowledge dalam IS Strategy

January3

Transfer of Knowledge (TOK) atau pembelajaran merupakan faktor yang mutlak harus dilakukan dalam sebuah proyek implementasi sistem informasi. Ibarat berganti kendaraan, yang tadinya organisasi naik kereta kuda dan berganti menggunakan mobil, maka organisasi membutuhkan orang-orang yang bisa menjalankan ”mobil”nya. Kemampuan menjalankan sistem informasi yang baru diimplementasi tidak serta merta didapatkan begitu saja, melainkan membutuhkan sebuah proses TOK yang bisa saja menghabiskan dan membutuhkan resources dan effort yang besar. Agar berhasil, proses TOK membutuhkan sebuah strategi pelaksanaan. Strategi tersebut dibutuhkan karena beberapa alasan berikut:

  • Proyek implementasi dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dan ketika implementasi sistem informasi berjalan, maka perusahaan membutuhkan SDM yang sudah siap. Ini berarti waktu untuk proses TOK terbatas.
  • Proses TOK membutuhkan dana yang harus dialokasikan oleh organisasi. Dana tersebut seringkali terbatas sehingga dibutuhkan sebuah strategi pelaksanaan agar dengan dana yang terbatas tersebut diperoleh hasil yang maksimum.
  • Implementasi sistem informasi membutuhkan sumber daya manusia dengan kompetensi tertentu. Dibutuhkan sebuah strategi pelaksanaan TOK yang dapat menjamin kebutuhan kompentesi tersebut dipenuhi.
  • Kesiapan pegawai dengan implementasi yang dilakukan merupakan faktor yang sangat krusial bagi keberhasilan proyek. Ibarat membeli kenderaan tadi, apa gunanya mobil baru yang bagus tetapi tidak ada orang yang bisa mengendarainya. Karena itu, strategi pelaksanaan TOK diperlukan untuk menjamin kesiapan sumber daya manusia.

Bagaimana Management dapat mendukung knowledge transfer?

December14

Beberapa cara dapat dilakukan untuk mendukung transfer knowledge dalam suatu organisasi. Cara-cara tersebut adalah dengan training, insentif, struktur organisasi dan teknologi.

 

1. Training

Kreasi terhadap ide-ide baru bisa dipancing dengan cara training dalam hal penyelesaian masalah yang meliputi berpikir outside the box. Contoh program misalnya identifikasi masalah, melakukan prioritas, analisa akar masalah, identifikasi kemungkinan pengukuran masalah, implementasi solusi, dan melakukan cek terhadap kemungkinan berhasilnya solusi. Trainig juga akan memicu terjadinya sharing pengetahuan, dari trainer ke peserta atau antar peserta. Manager dan pekerja perlu diberi training untuk melakukan evaluasi terhadap ide-ide baru yang muncul. Training juga dilakukan untuk melakukan pembelajaran penyebaran dan adopsi pengetahuan. Karyawan harus tau, bagaimana melakukan penyebaran pengetahuan kepada orang atau organisasi yang tepat, dan karyawan harus tahu pentingnya tahap adopsi.

 

2. Insentif

Kreasi terhadap ide-ide baru bisa dipancing dengan pemberian insentif. Insentif diberikan kepada ide-ide baru yang muncul dan sudah divalidasi. Ide-ide yang gagal tidak mendapatkan insentif tetapi mendapatkan kredit atau point khusus. Dengan demikian maka kreasi-kreasi baru diharapkan akan muncul. Kebijakan insentif juga akan memicu terjadinya sharing pengetahuan. Bagi karyawan yang bisa memberikan sharing pengetahuan yang berguna, maka akan diberikan insentif khusus. Karyawan akan terpacu untuk senantiasa belajar dan melakukan sharing terhadap apa yang sudah dipelajari. Dalam tahap evaluasi dan penyebaran, karyawan akan diberikan insentif jika mampu melakukan evaluasi terhadap ide-ide yang muncul dan melakukan penyebaran dengan tepat. Penyebaran pada level unit kerja sangat susah untuk dimonitor, oleh karena itu jika monitoring berada pada level unit juga, maka penyebaran akan lebih efektif. Untuk itulah diperlukan adanya insentif dalam hal evaluasi dan penyebaran. Tahap berikutnya adalah adopsi. Setelah mempelajari pengetahuan, maka karyawan diberi reward jika bisa melakukan sesuai dengan pengetahuan tersebut. Jika hal itu masih belum berhasil, maka kemungkina ada faktor-faktor lainnya.

 

3. Struktur

Kreasi ide-ide baru bisa ditingkatkan dengan membentuk organisasi yang mengkhususkan diri untuk pengembangan ide-ide baru. Organisasi ini mendukung semua organisasi, mengntrol, mengadakapn training dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pengetahuan. Sharing informasi, evaluasi , penyebaran dan adopsi bisa dimediasi dengan adanya organisasi ini. Dengan demikian diharapkan management pengetahuan bisa berjalan efektif dan efisien.

 

4. Teknologi

Knowledge management system tidak akan berjalan tanpa dukunga teknologi yang bagus. Melalu media internet atau intranet, maka sharing informasi dapat dengan mudah untuk dilakukan. Pembetukan forum-forum diskusi, sharing document, komunikasi lewat internet merupakan salah satu media penyebaran pengetahuan. Evaluasi bisa dilakukan secara bersama-sams dengan suatu dokumen terpusat yang bisa diakses oleh semua orang yang berkepintingan. Melalui teknologi inilah strustur dasar dari Knowledge Management System dibangun.

 

 

 

Sebuah catatan kuliah Knowledge Management

Komponen Transfer Pengetahuan Dalam Organisasi

December2

Transfer pengetahuan dalam organisasi memegang peranan penting dalam implementasi knowledge management system (KMS). Salah satu faktor penentu sukses tidaknya suatu KMS tergantung pada adanya transfer pengetahuan dalam organisasi. Teknologi informasi yang maju mendukung untuk dilakukannya sharing dan learning. Transfer pengetahuan hanya bisa berjalan jika diintegrasikan dengan system kebijakan dalam organisasi tersebut. Kesadaran individual untuk melakukan sharing tidak akan muncul jika tidak ada pendukung dari organisasi.

Komponen Transfer Pengetahuan

Transfer pengetahuan bisa dibagi kedalam lima tahap. Tahap-tahap tersebut adalah : Kreasi ide, sharing, validasi, penyebaran dan adopsi. Tahapan-tahapan ini terkadan bisa saling mendahului (overlap), dikombinasi, dilewati(skipped), dan selalu mempunyai umpan balik (feedback).

1. Kreasi Ide

    Kreasi ide merupakan pemunculuna ide-ide baru berupa inovasi-inovasi dalam suatu organisasi atau suatu kelompok. Menurut Robert Sutton, dalam studinya mengenai creativity, bahwa kreatifitas dalam suatu kelompok ditentukan dari seberapa besar potensi kelompok tersebut untuk menghasilkan kreatifitas. Beberapa pertanyaan bisa diajukan untuk menjawab hal ini :

    Apakah pengetahuan dalam kelompok tersebut memiliki variasi yang cukup?

    Apakah ada penghormatan terhadap pengetahuan mengenai apa yang diketahui dan mencari apa yang tidak diketahui?

    Apakah kelompok itu tahu untuk mempertahankan idenya?

    Apakah kelompok tersebut melakukan percobaan terhadap ide-idenya secara teratur?

    Apakah ide dalam kelompok bisa diatur sendiri ataukan diatur oleh bos?

    2. Sharing

      Sharing biasanya dikombinasikan dengan validasi dan penyebaran (dissemination). Sebagai contoh, sekelompok individu melakukan pertemuan untuk membahas ide-ide baru dan terjadilah sharing pengetahuan. Ide-ide tersebut akan dievaluasi atau di validasi kebenarannya. Setelah ide-ide tersebut divalidasi maka akan disebarkan dalam kelompok tersebut. Dengan demikian proses sharing sebernarnya kombinasi dari proses validasi dan penyebaran.

      Sharing bisa terjadi jika terpenuhi dua kondisi yaitu pertama ide harus berada dalam bentuk dimana organisasi bisa memahaminya. Nonaka (1994) mempelajari interaksi antara tacit dan explicit knowledge. Transfer pengetahuan yang sudah menjadi wisdom sulit untuk dilakukan, oleh karena itu organisasi harus memfokuskan pada motivasi untuk sharing pengetahuan. Szulanski (1996) menemukan bahwa bentuk-bentuk pengetahuan dan kemampuan penerima pengetahuan dalam melakukan interpretasi adalah faktor penting dalam transfer knowledge. Kedua, adalah kemauan dari individu untuk melakukan sharing ide. Sahring ide berada dalam berbgai macam level. Dari pekerja ke kelompok pekerja, dari kelompok ke kelompok, antar department, antar bisnis unit, dan atar organisasi. Szulanski (1996) menemukan bahwa jika hubungan antara sumber ide dan penerima tidak baik atau konflik maka transfer pengetahuan akan sulit.

      3. Validasi

        Organisasi harus melakukan evaluasi terhadap ide-ide baru yang muncul. Individu harus memiliki kemampuan, pendorong dan struktur untuk melakukan validasi. Sebagai contoh, di Xerox, ahli teknik atau yang sudah berpengalaman melakukan evaluasi terhadap ide-ide yang baru, ide yang bagus akan ditambahkan ke database best praktis agar bisa dipelajari oleh karyawan lain.

        4. Penyebaran

          Penyebaran terletak pada level setelah validasi. Pada prinsipnya banyak informasi lebih bagus daripada sedikit informasi. Namun terlalu banyak informasi akan menyebabkan overload. Kunci dari penyebaran ini adalah bagaimana menyebarkan pengetahuan kepada orang yang bisa menggunakannya. Perlu dibuat suatu tingkatan atau ranging dari informasi bersifat khusus hingga bersifat umum.

          5. Adopsi

            Informasi setelah diterima oleh orang yang benar maka seharusnya dia melakukan tindakan sesuai informasi tersebut. Namun pertanyaannya, apakah orang tersebut mau melakukannya. Jika sharing telah berjalan, penyebaran telah tepat sasaran, namun individu tidak melakukan sesuai dengan pengetahuan yang didapat, maka sia-saialah management pengetahuan ini. Absorbsi merupakan suatu tingkatan dimana seseorang setelah memahami pengetahuan yang baru, maka dia akan melakukan tindakan sesui dengan pengetahuan tersebut.

            Sebuah catatan kuliah Knowledge Management

            Awal Mula Knowledge Management

            November24

            Persaingan bisnis semakin ketat seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Aset-aset perusahaan yaitu device dan karyawan perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan investasi, biaya, quality, resiko, dan strategi harus dilakukan dengan baik sesuai dengan perubahan bisnis. Trend bisnis bisa dibagi berdasarkan waktunya :

            Tahun 70an, bisnis menitikberatkan pada biaya Pada masa itu pembeli masih banyak dan mudah untuk didapatkan. Perbandingan antara jenis barang yang ada dan pembeli lebih banyak pembeli. Secara ekonomi permintaan lebih besar dari penawaran. Oleh karena itu, bisnis harus mampu menekan biaya agar keuntungan bisa maksimal.

            Tahun 80an bisnis menitikberakkan pada kualitas. Managemen quality sangat penting untuk kelangsungan bisnis. Produk-produk yang sama di pasaran sudah sangat banyak. Dengan demikina penawaran meningkat dan permintaan masih sama. Oleh karena itu kualitas perlu dijaga dan ditingkatkan. Produk dengan kualitas yang bagus akan dipilih oleh pelanggan. Persaingan sudah mengarah ke persaingan kualitas dan harga.

            Tahun 90an bisnis menitikberatkan pada kecepatan. Supply chain management merupakan system yang perlu dikembangkana agar bisnis bisa bersaing dengan baik. Pelanggan akan merasa puas jika ketika barang yang dicari tersedia. Perusahaan harus mampu melihat semua kebutuhan akan produksinya, rantai pasokan tidak boleh terputus. Perusahaan harus memastikan bahwa ketersediaan produk di pasaran, ketersediaan bahan baku, rencana produksi, dan distribusi harus bisa dilihat oleh pemasok, penyalur dan produksi itu sendiri. Olehh karena itu, pengelolaan supply chain menjadi sangat penting.

            Tahun 21, bisnis menitikberatkan kepada kreatifitas. Informasi bisa diakses oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun. Perkembangan internet menyebakkan faktor keterlambatan informasi dan faktor geografis menjadi tidak berarti. Pelanggan bisa mencari produk dimanapun dan darimanapun serta kapanpun. Selain harga, kualitas, kecepatan, kreatifitas dalam hal ini inovasi produk perlu dilakukan. Pelanggan akan memilih produk yang baru, inovatif, canggih, dan menarik. Persaingan sudah berada di level bagaimana mencari tahu keinginan konsumen.

            Saat ini dimana persaingan sudah sangat ketat, maka kekuatan perusahaan secara interlnal perlu ditingkatkan. Pengelolaan asset knowledge dalam organisasi perlu diatur degnan baik. Knowledge management adalah adalah suatu rangkaian kegiatan yang digunakan oleh organisasi untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui, dan dipelajari di dalam organisasi. Management knowledge yang baik akan mendukung daya tahan perusahaan tersebut dan meningkatkan kreatifitas organisasi.

            Sebuah catatan kuliah Knowledge Management